Sajak karya Manusia Perahu
Pemenang Juara I lomba menulis Puisi bertema Harapan untuk Indonesia Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN)
Reportase Nelayan dan Petani
-kepada Indonesia
marsuandi; pelayat laut
; tentang pasirmu yang mencatat gugur bebunga, dari 17 sketsa pelataran sukma senja. di halaman arus ini, iringan debur memintal ombak. seperti ruh pancasila dinding gubukku; pancasila dalam tarian kailku,
; indonesia dalam laut nafasku. telah kukutuk sulaman airmata ini; setelah camar berkaburan menyerbu mendung. kugiring perahu. kuangkat tubuhmu ke muara pelamiman. kemudian kubangun pirada atas karang; agar lumutlumut tak menepi,
hingga senja ini, masih kucatat seremonial percakapan laut,
hingga senja ini, ragaku akan berteriak “merdeka” seperti dialog senapan dengan
mortar, mendentum.
; tuhan semesta rahmat, telah kuharibakan gaung zamrud daksa ibu; ibu purnama anakanakmu. dari celah kusam pertiwi. jendela dan pintu terlentang ke rindang gugusan,
; ini adalah sajakku; sajak tak bermartabat. sekali terjatuh, terseok. aku ingin pulang ke laut negeriku. laut yang gelisah.
; ini adalah sajakku. sajak tak bertanggung jawab. renyah dalam kata. aku ingin pulang. Membuka pintu rumahku, merapikan kursi-kursi berantakan dan hati yang telah pecah, pecah di dadamu.
minatun; peziarah tembakau
telah jatuh rembulan, di pangkuan padi, jagung dan tembakau. lorong di matamu semakin sempit. aku tak dapat lewat. aku melihat ribuan matahari beranak di tubuhmu. memanggang debu dan hujan. dua meter lagi airmata kita akan membentur. biarkan aku mengoceh, demi rinai asap beterbangan, demi sumpah dan baktiku. aku lahir sebagai bacoh penakik mendung. di sudut pematang tepi sawah tanahmu.
indonesia, ini bukan dzikir seorang ulama. Ini aku, aku yang hilang di kertasmu. kini aku beranjak memungut harapan, harapan agar kau lekas menemukan aku disini.
Indonesia, ini adalah kekalahan seorang petani. aku ingin mati, mati bersama belulang ibumu yang tak sering kueja dengan kitab rinduku.
sumenep, april 2012
Pemenang Juara I lomba menulis Puisi bertema Harapan untuk Indonesia Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN)
Reportase Nelayan dan Petani
-kepada Indonesia
marsuandi; pelayat laut
; tentang pasirmu yang mencatat gugur bebunga, dari 17 sketsa pelataran sukma senja. di halaman arus ini, iringan debur memintal ombak. seperti ruh pancasila dinding gubukku; pancasila dalam tarian kailku,
; indonesia dalam laut nafasku. telah kukutuk sulaman airmata ini; setelah camar berkaburan menyerbu mendung. kugiring perahu. kuangkat tubuhmu ke muara pelamiman. kemudian kubangun pirada atas karang; agar lumutlumut tak menepi,
hingga senja ini, masih kucatat seremonial percakapan laut,
hingga senja ini, ragaku akan berteriak “merdeka” seperti dialog senapan dengan
mortar, mendentum.
; tuhan semesta rahmat, telah kuharibakan gaung zamrud daksa ibu; ibu purnama anakanakmu. dari celah kusam pertiwi. jendela dan pintu terlentang ke rindang gugusan,
; ini adalah sajakku; sajak tak bermartabat. sekali terjatuh, terseok. aku ingin pulang ke laut negeriku. laut yang gelisah.
; ini adalah sajakku. sajak tak bertanggung jawab. renyah dalam kata. aku ingin pulang. Membuka pintu rumahku, merapikan kursi-kursi berantakan dan hati yang telah pecah, pecah di dadamu.
minatun; peziarah tembakau
telah jatuh rembulan, di pangkuan padi, jagung dan tembakau. lorong di matamu semakin sempit. aku tak dapat lewat. aku melihat ribuan matahari beranak di tubuhmu. memanggang debu dan hujan. dua meter lagi airmata kita akan membentur. biarkan aku mengoceh, demi rinai asap beterbangan, demi sumpah dan baktiku. aku lahir sebagai bacoh penakik mendung. di sudut pematang tepi sawah tanahmu.
indonesia, ini bukan dzikir seorang ulama. Ini aku, aku yang hilang di kertasmu. kini aku beranjak memungut harapan, harapan agar kau lekas menemukan aku disini.
Indonesia, ini adalah kekalahan seorang petani. aku ingin mati, mati bersama belulang ibumu yang tak sering kueja dengan kitab rinduku.
sumenep, april 2012
0 Response to "Reportase Nelayan dan Petani"
Post a Comment