Untuk yang Terakhir
Sekarang aku mengerti tentang sebuah perubahan.
Tak mudah memang meraih bunga abadi.
Tapi tangan ini ingin meraihnya.
Sekarang,
Aku tak memaksakan kehendak.
Semua terserah, apa adanya.
Bukan berarti aku tak perduli.
Lihat dan dengar aku.
Kamu adalah kamu.
Aku sayang kamu dari sini.
Andai aku menyakitimu karena ego ku?
Aku benci pada diri ini...
Haruskah bunga abadi akan mati?
Dan benihnya terbang lalu jatuh,
Jatuh pada hati ini.
Dan tumbuh mengakar di dalamnya.
Selamanya, dan mati bersama hati.
Beberapa rajut hitam kita lalui...
Aliran pasir kita tapaki,.
Pada akhirnya kita berdua.
Kitalah berdua, selamanya.
Sampai mati.
***
Untuk yang Terakhir - dengan ku, "F"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Untuk yang Terakhir"
Post a Comment