Mutiara dalam Kerang Lusuh

Ini Mutiara dalam Kerang Lusuh tak ada yang peduli meski tertutup debu.

Aku ada ketika senja datang, saat itu laut sedang surut hebat, yah... Musim panas pada waktu itu.
Aku kerjakan apa yang bisa aku kerjakan, dengan tangan kecil ini. terlalu kecil kata orang,
memunguti kerang-kerang kecil dan asesoris laut lain yang bisa saya tawarkan pada seniman-seniman itu,
kadang saya pergi ke pelabuhan, dengan tangan kecil ini, terlalu kecil kata orang, aku memanggul
lima sampai tujuh kilo ikan yang terbungkus rapih pada karung lusuh.
Aku tersenyum disana, pada mereka yang memberi saya upah yang saya terima dengan tangan kecil ini.

Oh iya, kenalkan... Saya Imron Firdaus,, nama pemberian alm.ayah saya, panggil saya i'i, hehe itu
panggilan saya dari bayi kata ibu. saya Baru mau naik kelas dua SD, tahun ini.(pada tahun itu)
Banyak yang bilang i'i tuh ganteng,hehe... ya i'i sih bersyukur saja.. 
Saya suka dengan petualangan, jika saya udah dewasa saya ingin jadi tentara. "Walaupun" alm.ayah saya notabennya
seorang tukang supir dokar di pesisir, hmmm... dokar milik orang.
tapi saya bangga dengan ayah yang bisa menyelamatkan saya dan ibu ketika terjadi gempa dahsyat di desa.

ketika itu ayah menimang saya dengan nyanyian2 dan banyolan2 lucunya, saya pun geli di buatnya. Tapi, ketika
saya tertawa2 lucu ada getaran yang tak di inginkan, ayah langsung membawa saya keluar rumah. Ingat ibu masih di dalam,
ayah tak banyak berfikir,saya dititipkan pada warga lalu ayah masuk dan menemukan ibu sedang terhalang kayu di pintu keluar dapur,
pintu dan dinding dari kayu dan bilik terbakar hebat karna ibu sedang memasak, terjadi kebakaran, karena ruang sempit di dapur kami
yang terbungkus bilik, jangan kan buat dapur,kami hanya punya tanah seluas 7x12 m, buat tidur saja susah.
ayah mendorong ibu keluar, tapi ayah jatuh saat barada di luar.


Saya dipeluk erat di balut kain samping, ibu mendekap dan menciumi saya, terdengar bacaan2 do'a keluar dari mulut sucinya.
di rumah sakit tepatnya kami sedang duduk di lorong tunggu, dokter keluar dan memastikan pada ibu kalau ayah tak terselamatkan,
ibu semakin erat memeluk saya, kali ini do'a2 sucinya menjadi tangis yang terlalu sakit buat dia rasakan,.
"suami ibu kekurangan oksigen,kami sudah berusaha".

Sudahlah, saya tak kuasa lagi menahan air mata yang ingin jatuh "tuh sekarang saja berkaca-kaca"....
Ibu sekarang menjadi buruh cuci, ya Tuhan berkahi beliau, saya tak mau sebagai buah hati'y menyakitinya, saya berjanji.
Kadang saya merasa tak kuasa mendengar ocehan-ocehan tetangga, "kurang bersih, sobek, di sikat ya? harusnya jangan".
kadang saya menemuinya menangis di pojok ruang sempit kami, saya peluk dari belakang.
"dengar janji i'i bu, i'i "akan" bahagiain ibu, bagaimanapun. "walaupun" i'i masih kecil," Ibu menundukan kepalanya, saya 
tak mengerti, lalu ibu mengusap mukanya, lalu menatap saya, terlihat bekas hapusan air mata yang di hapus tangan halusnya.
ibu ganti air mata sedihnya, dengan air mata baru "ibu bangga dengan mu nak, ibu aamiin kan do'a dan harapanmu". air mata kebanggaan.

***

Kriiiiingg.... suara tak asing buat anak2 SD, yah, waktunya istirahat. Dan Saya benci waktu ini,kenapa? Karna ketika yang lain senang
buat jajan di warung, saya hanya bisa pergi ke perpustakaan karna tak punya uang buat jajan, itupun kalau ibu tak bikin gorengan
buat di jual di sekolah. Dan kali ini ibu tak membuat gorengan, yaah, ke perpus aja lah...
Buku apalagi yang harus saya baca? ini cuma buat formalitas supaya saya tak terlalu malu karna tak jajan, lapar ini saya tahan sampai
saya pulang nanti,.

"i'i kamu di panggil sama wali kelas dan kepala sekolah di ruangan pa kepsek"
ada apa ini? Saya manggut2 saja dan bergegas menuju ruang kepsek.
Tak lupa saya ketuk pintu dan ucapkan salam. "masuk...." suara ibu Aah wali kelas kami, saya temui dua orang asing duduk di ruang tamu kepsek
dengan kalung berbandul camera,apalah saya tak mengerti,.
"ini dia anaknya" kata salah satu orang asing itu. Saya duduk di samping wali kelas, ibu Aah mengusap rambut saya yang lusuh.
Saya melihat gambar-gambar pemulung kerang,dan pemanggul ikan tak sedikit dengan editan2 mewah di meja tamu kepsek. Saya telaah.
Ya Tuhan.. itu saya.
"saya sudah lama mencari kamu nak, saya terkagum dengan kepolosan dan ketampanan kamu saat di pinggir laut senja itu, Kenalkan saya Merry dan ini
Nisa, Kami dari Managemen Majalah KIDS trensenter Surabaya jawa timur".

***

15 t a h u n  k e m u d i a n

Dari sana Hidup saya dan ibu berubah. Kami sekarang tak berdua, ada kang Dodi supir pribadi saya, bi Ratna dan bi Imah yang iklas membantu ibu
mengelola home industri yang saya bangun. Alhamdulillah sekarang kami diam di rumah minimalis lantai dua, tak ada lagi genteng bocor saat kami
tidur, bilik-bilik bambu, kayu rapuh.
Saya Kuliah juga di jawa Timur. Bekerja pula di entertain, karna dulu saya di tarik jadi child model di KIDS trensenter.


Saya temui ibu di kamar yang rapih ber-AC, ibu menangis. Apalagi yang ibu tangisi, aku duduk di pinggir ibu, ibu mengusap air matanya dengan
tangan halusnya, "ini janji i'i bu,,, i'i harap ibu bahagia walau i'i tau semua ini tak sedikitpun dapat membalas kasih sayang ibu ke i'i".
"ibu bangga padamu sayang, ibu milikin kamu saja sudah suatu kebahagiaan lebih buat ibu dan ayah kamu,,ibu ingat ayah kamu i..." kata ibu, 
aku menatap ibu yang terus menatap kedepan, mataku berkaca,.

***

Air mata saya tak kuat lagi, bukan hanya berkaca tapi jatuh bersama rintikan2 kecil gerimis senja ini, ketika saya melihat ibu memeluk batu
nisan yang tertulis nama ayah saya. " Ayah pasti bangga sama kamu i,.."
" Pasti bu, dan ayah akan bahagia disana " saya payungi ibu yang terus tegar mengelus-elus batu nisan.. " Pulang yuk bu, sebelum hujan membesar ".

***

Saya senang dengan suasana ini, langit senja dengan anak-anak yang memunguti kerang dan asesoris laut lainnya.
angin laut yang membawa saya pada kelas dua tahun itu, harum pasir yang membawa saya pada teriakan - teriakan menawarkan jasa.
Saya tak mau menyianyiakan moment ini, dengan camera auto fokus yang dulu saya pikir kalung aneh ini saya akan mengabadikannya.

Saya Imron Firdaus, Panggil saya i'i.

1 Response to "Mutiara dalam Kerang Lusuh"